Senin, 14 Juli 2008

Seputar Dikdas 2007 UNY

Tanya Jawab Seputar Perkembangan Anak SD

1. a. Mengapa seorang guru perlu memahami Perkembangan Peserta Didik

Karena dengan memahami Perkembangan Peserta Didik seorang guru akan mengetahui beberapa hal seperti:

1. Bagaimana perkembangan dan karakteristik peserta didiknya

2. Dapat menyesuaikan karakterristik peserta didik dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sehingga hasil belajar yang diperoleh akan optimal,

3. Dapat menyesuaikan materi, metode, media dsb dengan karakteristik peserta didiknya, sehingga pembelajaran menjadi menarik, efektif dan hasilnya optimal.

b. Contoh konkret seorang guru yang memahami Perkembanngan Peserta Didik dan yang tidak memahami:

1. Guru yang memahami Perkembanngan Peserta Didik

Guru akan menggunakan media dan metode mengajar yang berbeda untuk jenjang kelas yang berbeda. Untuk anak usia prasekolah akan menggunakan pembelajaran yang konkret dalam mengajar melalui beberapa permainan atau demonstrasi. Dan untuk anak yang sudah mulai bisa berpikir abstrak guru harus menyesuaikan metode pembelejarannya dengan perkembangan ini dengan pembelajaran yang melatih logika dan penalaran, dengan praktek mandiri dan kelompok untuk menyelesaikan masalah dan belajar konsep. Dengan demikian anak menikmati kegiatan pembelajaran dan hasilnyapun maksimal.

2. Guru yang tidak Perkembanngan Peserta Didik

Guru ini akan mengajar asal mengajar, tanpa melihat tingkat perkembangan anak didiknya. Semua jenjang kelas diajar dengan metode yang sama misalkan ceramah, tanpa media, mengajar dengan kasar. Sehingga pembelajaran bersifat informative dan hanya guru yang aktif, siswa pasif dan tidak menikmati proses pembelajaran.

c. Perbedaan tugas profesional antara guru SD dengan guru MI adalah:

Perbedaanya terletak pada beban tanggung jawab untuk mengajarkan agama Islam dan mendidik peserta didiknya berdasarkan norma, budaya, dan hukum agama Islam.

2. Masa kanak – kanak awal :

a. Perkembangan kognitif pada masa kanak – kanak awal (usia pra sekolah) erat hubungannya dengan kreatifit, bebas dan penuh imajinatif. Mereka mampu menyerap dan berimajinasi terhadap apa yang telah mereka lihat dan dapat melukiskannya dalam bentuk kata – kata maupun gambar. Mereka bebas dan kreatif untuk mengimajinasikan segala sesuatu yang mereka lihat. Misalkan mereka menggambar matahari yang dilengkapi dengan dua mata, ada mulut seperti wajah manusia, manusia digambar kotak, menggambar daun dengan warna merah dsb. Hal ini sesuai dengan pemikiran praoperasional Piaget, dimana anak konsep yang tidak stabil terbentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian lemah, serta keyakinan terhadap hal-hal yag magis terbentuk. Anak-anak pada usia ini belum berpikir secara operasional bahkan pada masa praoperasional ini pemikiran anak masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik tetapi pada masa ini anak mulai mengalami peralihan penggunaan symbol dari yang primitif kepada yang lebih canggih.. Pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua subtahap:

1) Subtahap fungsi simbolis (anak – anak usia 2 – 4 tahun)

Anak – anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada. Misalnya mereka beranggapan bahwa hantu itu benar – benar ada dan datang jika dalam kegelapan. Mereka beranggapan bahwa pohon yang besar dan rindang maka di sana ada penunggunya (ada hantunya)

2) Subtahap pemikiran intuitif (anak usia 4 – 7 tahun)

Mampu mengenbangkan gagasan sendiri tentang dunia dimana ia tinggal. Dimana gagasan pemikirannya masih sederhana tetapi belum begitu teratur cara berpikir tentang sesuatu. Sulit memahami peristiwa yang ia tahu dan dengar tetapi tidak dapat dilihat. Misalnya meraka akan selalu bertanya mengapa ada suara guntur? Dimana tempatnya? Dan bentuknya seperti apa.

Pada tahap ini, mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Atau boleh dikatakan pada usia ini kepercayaan dirinya tinggi walaupun mereka tidak tahu apa yang mereka ketahui. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi mengetahuinya tanpa pemikiran rasional.

b. Bagaimana sebaiknya guru membelajarkan materi ajarnya pada masa ini?

Guru diharapkan mengajarkan materi menggunakan pembelajaran yang kongkret. Dimana guru dalam menyajikan materi ajar harus menggunakan media pembelajaran yang kongkret misalnya dalam pembelajaran matematika tentang berhitung, akan lebih menarik dan mudah dipahamai jika guru menggunakan alat peraga gambar buah dengan jumalah tertentu atau juga bias menggunakan kelerenga atau benda-benda yang ayang lain yang memudahkan untuk berhitung. Begitu juga saat anak belajar tentang nama-nama buah, akan lebih efektif jika guru membawa buahnya atau minimal gambarnya. Begitu pula dengan mata pelajaran yang lain guru diusahakan menyampaikan materi sesederhana mungkin dan hendaknya juga menyediakan alat peraga dan melakukan peragaan atau demonstrasi secara bersama – sama dalam rangka membangun pemahaman siswa. Dalam pembelajaran yang berlangsung diusahakan dikemas dalam situasi bermain. Dengan demikian anak tidak merasa terbeban saat belajar tetapi melalui permainan mereka dapat belajar sesuatu.

c. Alasan mengapa pada masa anak – anak perlu bermain?

Pada masa ini merupakan perkembangan anak secara total, yaitu meliputi perkembangan kognitif dan perkembangan fisik. Dengan demikian pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan yang melibatkan semua aspek anak. Dimana permainan itu sendiri adalah suatu kegiatan yag menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan tertentu untuk memajukan kemampuan anak. Melalui bermain anak – anak dapat:

a. Meningkatkan kerjasama dengan teman sebaya

b. Meningkatkan perkembangan kognitif

c. Meningkatkan daya jelajah

d. Meningkatkan interaksi dengan satu sama lain

e. Mengurangi tekanan, atau frustrasi.

f. Dan melatih otot dan memacu dan memperkuat perkembangan tulang

Selain hal di atas menurut Freud dan Erikson, permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang berguna untuk menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Dengan demikian anak dapat mengatasi masalah, dan dapat melepaskan energy fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam. Menurut Piaget dan Vygotsky, permainan sebagai suatu media yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak.

Syarat – syarat permainan yang baik:

1. Permainan yang menekankan pada perkembangan kognitif, fisik dan sosial

Dalam aspek kognitif, melalui permainan anak – anak dapat mengetahui fungsi permainan dan dapat mengembangkan aspek kognitif anak (teori Piaget). Contoh permainannya merangkai gambar, tebak gambar, menyusun kata dsb.. Melalui permainan diharapkan perkembangan fisik anak semakin kuat misalnya perkembangan otot dan tulang (seperti permainan tangga naik dan turun, mandi bola, lari dsb)

Dalam aspek sosial, melalui permainan dapat meningkatkan hubungan sosial anak untuk mengenal lingkungan dan teman sebayanya (teori Vygotsky). Contoh permainannya gobak sodor, kelereng estapet, lari dengan balon, memasukan pencil dalam botol dsb.

2. Permainan harus praktis, simbolis, sosial, konstruktif dan kalau bisa melibatkan beberapa anak (games)

3. Permainan itu tidak membahayakan anak atau teman bermainnya

3. a. Masalah-masalah sosial yang banyak dialami anak-anak Indonesia:

1. Masalah kurangnya gizi anak (gisi buruk)

2. Menjadi korban kekerasan orang (perceraian maupun kekerasan fisik)

3. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak

4. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa serta sekolah

5. Tayangan media yang bebas dan akses internet yang tanpa batas

b. Usulan saya untuk mengatasi masalah sosial ini adalah:

1. Bersama-sama dengan pemerintah mencoba turun di masyarakat miskin, melihat bagaimana keadaan mereka dan memcoba memberikan solusi apa yang seharusnya mereka butuhkan

2. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya gizi terhadap anak

3. Memberikan penyuluhan tentang bagaimana mempersiapkan mempunyai anak, bukan asal tambah anak tanpa perhitungan

4. Mulai dari keluarga sendiri memberikan teladan kepada keluarga lain bagaimana hidup bersama keluarga yang baik

5. berkerja sama dengan guru dan sekolah mengadakan dialog bagaimana melihat perkembangan antara orang tua, guru dan siswa.

6. Bekerja sama dengan pemerintah dan pihak penyelenggara televise untuk menampilkan acara yang sesuai dengan umur dengan cara mengatur waktu dan hari yang cocok untuk acara tertentu, dimana anak belum bias melihatnya.

7. Memberikan perhatian kepada anak, dan pendampingan terhadap anak saat anak menonton maupun mengakses data dari internet

8. Memberikan bekal pendidikan agama untuk memberikan pedoman yang baik kepada anak

9. Meningkatkan komunikasi dengan anak

4. Masa kanak-kanak Pertengahan:

A. Perkembangan moral Masa kanak-kanak Pertengahan:

Perkembangan moral (moral development) berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral anak pada usia ini menurut para pakar menguji tiga bidang yang berbeda:

  1. Bagaimana anak – anak bernalar atau berpikir tantang aturan – aturan untuk berperilaku etis?

Sebagai contoh memandang perilaku menyontek. Pada suatu hari diceritakan kepada anak, ada seorang yang mengalami konflik saat akan memutuskan boleh atau tidak menyontek pada saat ulangan umum. Anak diminta untuk memutuskan apakah hal ini baik dan sesuai untuk dilakukan oleh anak yang mengalami konflik tersebut? Dan anak diminta menjelaskan alasannya. Hal ini akan memberikan gambaran tentang penalaran yang digunakan anak untuk membenarkan keputusan moral itu.

2. Bagaimana anak – anak sesungguhnya berperilaku dalam keadaan moral?

Misalkan kepada anak – anak diperlihatkan beberapa mainan dan kemudian diminta untuk memilih salah satu dari yang mereka yakini sebagai yang paling menarik. Pelaku eksperimen kemudian memberitahukan anak kecil itu bahwa mainan itu milik orang lain yang tidak boleh digunakan untuk bermain. Dari sini dapat diamati kondisi-kondisi yang berbeda antara melanggar larangan atau tergoda untuk menggunakan.

3. Bagaimana anak – anak merasakan hal – hal moral itu?

Sebagai contoh pada peristiwa menyontek, apakah anak yang sudah melakukannya merasakan perasaan bersalah dan menyadarinya lalu tidak melakukannya lagi pada lain hari. Sehingga pada saat diberadapkan pada persoalan yang sama anak ini tidak akan menyontek lagi.

Dari ketiga hal ini fokus perkembangan moral anak pada masa kanak-kanak Pertengahan terdiri atas pemikiran, tindakan, dan perasaan.

Meurut Piaget bahwa anak – anak pada masa ini berpikir dengan dua cara yang jelas – jelas berbeda tentang moralitas bergantung pada kedewasaan perkembangan mereka. Piaget berpendapat bahwa, pada saat berkembang, anak – anak juga menjadi lebih mampu/mahir dalam berpikir tentang persoalan – persoalan sosial, khususnya tentang kemungkinan dan kondisi – kondisi kerja sama. Ia yakin bahwa pemahaman sosial ini terjadi melalui teman – teman sebaya yang saling memberi dan menerima. Relasi orang tua anak, dimana orang tua memiliki kekuasaaan sementara anak tidak, tampaknya kurang mengembangkan pemikiran moral.

B. Cara guru mendeteksi anak yang tergolong sangat cerdas.

Cara yang bisa dilakukan antara lain melihat beberapa ciri – ciri yang menunjukkan bahwa anak tersebut tergolong cerdas. Ciri-ciri tersebut terlihat dari beberapa aspek keadaan yang menunjukkan bahwa anak tersebut cerdas atau tidak yang terdiri atas:

a. Berpikir kritis, tangkas, tekun dan ulet

b. Dapat mengolah informasi dengan cepat

c. Menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat

d. Berkreativitas tinggi

e. Terampil dalam melaksanakan tugas

f. Berperilaku tidak bebas budaya

g. Interaksi dengan orang lain

Bagaimana perlakuan guru terhadap anak tersebut? Menurut saya, apabila ditemukan hal – hal seperti itu, hendaknya guru mempunyai alternatif. Pertama, apakah boleh dimasukan dalam kelompok khusus jika dalam kelompok itu masih ada yang lain yang cerdas seperti dirinya? Kedua, apakah ia tetap mengikuti kelompok regular tetapi ia diperhatikan dan diberi tugas khusus? Hal ini bergantung pada daerah dan budaya dimana seorang anak tersebut dibesarkan.

C. aspek – aspek dalam keluarga yang berpengaruh perkembangan anak? jelaskan

5. Masa kanak-kanak awal:

A. Perkembangan bahasa pada masa anak – anak awal.

Sebelum dideskripsikan bagaimanan perkembangan bahasa pada masa anak – anak awal,kita mendefenisikan terlebih dahulu apa itu bahasa. Bahasa meliputi suatu sistem simbol yang kita gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain. Sistem itu ditandai oleh penciptaan yang teidak pernah berhenti dan adanya sistem aturan. Sistem atau aturan meliputi fonologi(sistem tentang sistem bunyi – bunyian bahasa), morfologi(ketentuan – ketentuan pengkombinasian morfem; morfem ialah rangkaian bunyi – bunyian terkecil yang memberi makna kepada apa yang kita ucapkan dan dengar), syntax(grammar; yaitu gambaran formal tentang ketentuan sintaksis), semantik(mengacu pada makna kata atau kalimat), pragmatik(kemampuan untuk melibatkan diri dalam percakapan yang susuai dengan maksud yang diinginkan).

Perkembangan bahasa pada masa ini belum terlalu sempurna antara pengucapan kata dan artinya. Mereka akan menyebutkan kata atau kosa kata yang pernah ia dengar sebelumnya dan akan menggunakannya pada situasi lain. Tetapi dalam penggunaannya ia tidak memperhatikan struktur ataupun grammarnya dan ia menyebutkannya tedak sesuai dengan konteks kalimat bahkan hal itu hanya membuat orang dewasa tertawa atau geli mendengarnya. Pada masa ini anak – anak mampu menyebutkan kata dan perbendaharaannya tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka juga menepatkan kata tanpa mempertimbangkan bentuk waktu kapan kata tersebut difungsikan.

B. Ciri perkembangan pada masa ini:

dalam masa hidupnya pada masa ini ada beberapa perkembangan yang dimiliki oleh anak:

1. fisik

a. Tinggi dan Berat

Pada masa ini rata – rata anak bertunbuh inci dalam tingginya dan 5 – 7 pon penambahan berat badannya dalam setahun. Pada masa pra-sekolah mereka bertunbuh semakin besar, presentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Pola – pola pertumbuhan berbeda secara individual (disini pertumbuhan ada anak – anak yang lebih tinggi atau lebih pendek, ada yang gemuk dan ada yang kurus). Misalnya di Amerika Serikat anak – anak kulit hitam lebih tinggi dari pada anak – anak kulit putih. Tetapi masih ada anak yang sangat pendek diluar batas normal (cebol), penyebabnya bisa jadi karena faktor bawaan (masalah – masalah genetis atau pranatal) masalah fisik yang berkembang pada masa anak – anak, atau karena kesulitan emosional.

b. Otak

Perkembangan fisik yang paling penting selama masa anak – anak awal ialah perkembangan otak dan sistem syaraf yang berkelanjutan. Tidak sepesat pada masa bayi. Ketika usia 3 tahun, ukuran otaknya orang dewasa. Pada usia 5 tahun, otaknya mencapai otak orang dewasa. Pertumbuhan otak kepala lebih pesat dari pada bagian tubuh lain manapun. Bagian atas, yakni kepala, mata, dan otak bertumbuh lebih pesat dari pada bagian bawah, seperti rahang. Beberapa pertumbuhan ukuran otak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan diantara daerah – daerah otak. Ujung – ujung urat saraf itu terus bertumbuh setidak – tidaknya hingga masa remaja. Sementara pertumbuhan tinggi dan berat lebih bertahap selama dua dasawarsa pertama kehidupan(Damon, 1977).

c. perkembangan motorik

Perkembangan motorik kasar:

pada usia 3 tahun, anak – anak masih suka akan gerakan sederhanan seperti berjingkrak – jingkrak, dan berlari kesana kemari hanya demi kegiatan itu sendiri. Mereka akan bangga jika mereka dapat berlari mengelilingi ruangan atau dapat melompat 30 cm tingginya. Pada usia 4 tahun, anak – anak masih suka jenis gerakan yang sama, tetapi mereka lebih berani mengambil resiko. (mereka ingin memperlihatkan kehebatan atletiknya). Pada usia 5 tahun, anak – anak bahkan lebih berani mengambil resiko misalnya mereka akan lebih berani memanjat suatu obyek, dapat berlari kencang dan suka berlomba dengan teman lain atau orang tuanya.

Perkembangan motorik halus:

Pada usia 3 tahun, kemampuan anak – anak masih timbul dari kemampuan bayi untuk menempatkan dan memegang benda – benda, tetapi masih agak kikuk. Misalnya mereka akan sangat mengejutkan membangun menara tinggi yang berbuat dari balok, setiap balok disusun dengan hati – hati sekali meski sering kali tidak pada suatu garis yang benar – benar lurus. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak – anak semakin meningkat dan menjadi lebih tepat. Kadang – kadang anak – anak usia 4 tahun sulit membangun menara tinggi dengan balok karena mereka ingin menempatkan setiap balok secara sempurna. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak – anak semakin meningkat. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak bersama dibawah komando yang lebih baik dari mata, bahkan mereka dapat membangun rumah lengkap dengan menara, walaupun orang dewasa mungkin masih perlu penjelasan dari apa makna dari setiap proyek yang telah diselesaikan itu.

d. kekidalan

banyak orang kidal, berkompeten di berbagai aktivitas manusia mulai dari ketermpilan – keterampilan atletik hingga prestasi intelektual. Kekidalan menurut para peneliti meneukan kecenderungannya masa bayi bukan saat ia beranjak dewasa.

e. Gizi

Kebutuhan energi:

Kebiasaan memberi makan ialah aspek – aspek perkembangan yang penting selama masa anak – anak awal. Apa yang dimakan oleh anak berpengaruh terhadap pertumbuhan rangka, bentuk tubuh, dan kerentanan mereka terhadap penyakit.

f. Keadaan penyakit dan kesehatan di dunia anak – anak .

Keadaan penyakit dari kesehatan di dunia anak – anak di negara berkembang di seluruh dunia merupakan suatu masalah khusus. Satu dari tiga kematian di dunia adalah kematian anak di bawah usia 5 tahun(Grant, 1993). Maka hal ini perlu mempertimbangkan; dengan memastikan orang tua tahu mereka dapat meningkatkan kesehatan anank – anak mereka dengan cara membatasi jarak kelahiran, ASI, Imunisasi, memberi makan khusus dan lain – lain.

1. Perkembangan Kognitif

Pada masa ini kognitif berkembang pada tahap pemikiran praoperasional Piaget.

Pemikiran praoperasional ialah kemampuan merekonstruksi pada tingkat pemikiran apa yang telah dilakukan da dalam perilaku. Pemikiran ini dapat dibagi ke dalam dua subtahap:

a. Subtahap fungsi simbolis (anak – anak usia 2 – 4 tahun)

Anak – anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada. Misalnya mereka beranggapan bahwa hantu itu benar – benar ada dan datang jika dalam kegelapan. Atau pohon yang besar dan rindang maka di sana ada penunggunya.

b. Subtahap pemikiran intuitif (anak usia 4 – 7 tahun)

Mampu mengenbangkan gagsan sendiri tentang dunia dimana ia tinggal, gagasan pemikirannya masih sederhana teapi belum begitu teratur cara berpikir tentang sesuatu. Sulit memahami peristiwa yang ia tahu dan dengar tetapi tidak dapat dilihat. Misalnya meraka akan selalu bertanya maenapa ada suara guntur? Diaman tempatnya? Dan bentuknya seperti apa.

Pada tahap ini, mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Atau boleh dikatakan pada usia ini kepercayaan dirinya tinggi walaupun mereka tidak tahu apa yang mereka ketahui. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi mengetahuinya tanpa pemikiran rasional.

2. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa pada masa ini belum terlalu sempurna antara pengucapan kata dan artinya. Mereka akan menyebutkan kata atau kosa kata yang pernah ia dengar sebelumnya dan akan menggunakannya pada situasi lain. Tetapi dalam penggunaannya ia tidak memperhatikan struktur ataupun grammarnya dan ia menyebutkannya tedak sesuai dengan konteks kalimat bahkan hal itu hanya membuat orang dewasa tertawa atau geli mendengarnya. Pada masa ini anak – anak mampu menyebutkan kata dan perbendaharaannya tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka juga menempatkan kata tanpa mempertimbangkan bentuk waktu kapan kata tersebut difungsikan.

C. komentar saya, tentang pendidikan dewasa ini baru menyentuh ranah kognitif saja.

Bahwa tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan di seluruh dunia baru menyentuh ranah kognitif saja, hal ini disebabkan gaya belajar mengajar yang diterapkan sampai saat ini masih menggunakan gaya klasik atau tradisional. Dalam kelas ini, guru sebagai pemegang kunci utama dalam keberhasilan pengetahuan sementara anak – anak hanya sebagai pendengar pasif, bahkan mereka dapat menyalesaikan dan menjawab soal setelah diberi kesempatan oleh gurunya. Hal lain juga dapat disebabkan bahwa standarisasi seseorang dikatakan sukses apabila telah berhasil dalam ujian akhir. Dalam Ujian Nasional misanlnya penentuan kelulusan tidak diukur dari seberapa jauh kemampuan kreativitas dari peserta didik, tetapi yang dinilai adalah sejauh mana mereka dapat menjawab soal dengan benar dan mengumpulkan nilai yang stinggi – tingginya. Hal ini menggambarkan bahwa walaupun dalam pembelajaran yang dilaksanankan di kelas sangat menuntut beberapa aspek penilaian tapi pada akhirnya hanya dilihat adalah pemahaman secara kognitifnya saja.

Cara memperbaikinya adalah:

Walaupun dalam menyelesaikan masalah ini dituntut banyak pemikiran yang harus disarankan, tetapi tetap saja kembali kepada standar isi pendidikan yang berlaku dan legalitas kelulusan yang diakui. Dengan menerapkan sistem pembelajaran konstruksi seyogianya dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dalam ranah yang lain, disini siswa lebih ditekankan untuk dapat membangun pemahaman sendiri. Semuanya ini dapat dilaksanankan jika gaya mengajar yang berlaku saat ini diperbaiki. Hal ini juga bergantung pada potensi dan sumber daya manusia itu sendiri.

6. Perkembangan psikososial anak masa pertengahan

A. Bagaimana perkembangan psikososial anak masa pertengahan?

B.. Perkembangan kognitif masa anak pertengahan.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada anak masa ini sudah masuk taraf pemikiran operasional kongkret (concrete operational thought) terdiri dari operasi – operasi_tindakan – tindakan mental yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan sebelumnya secara fisik. Operasi – operasi kongkret memungkinkan mengkoordinsikan beberapa karakteristik dan bukan berfokus pada suatu properti tunggal suatu objek. Pada masa ini anak – anak dapat melakukan perhtiungan secara nyata siswa SD Indonesia pada umumnya 7 – 12 tahun, sehingga terletak pada tahap operasi kongkret. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dibuat kongkret. Misalnya dalam membelajarkan geometri bangun datar pada siswa sekolah dasar banyak guru langsung mengajarkanya dengan rumus menghitung luas daerah bangun datar dan meminta sisiwa menghafalnya.hal ini akan menjadi masalah jika diubah secara kontekstual. Sebagai contoh misalkan anak diminta berapakah banyak ubin pada lantai berbentuk persegi panjang? Siswa tidak akan dapat menjawab jika pembelajaran yang diberikan masih berlaku sistem belajar otoriter.

C.Perkembangan moral menurut Kohlberg!

Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral di dasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap.

Menurut Kohlberg terdapat tiga tingkat dan masing – masing tingkat memiliki dua tahap perkembangan moral. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral menurut teorinya ialah internalisasi, yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.

Tingkat satu: Penalaran prakonvensional (preconventional reasoning) adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai – nilai moral.

Tahap 1. Orientasi hukuman dan ketaatan,

Penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Penalaran didasarkan atas hukuman. Misalnya anak – anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat.

Tahap 2. Individualisme dan tujuan

Pada tahap ini, penalaran moral di dasarkan atas imbalan (hadiah). Mereka melakukan sesuatu dengan benar dengan suatu harapan memperoleh hadiah.

Tingkat dua: penalaran konvensional, pada tahap ini internalisasi individual adalah menengah. Seseorang menaaati standar – standar (internal) tertentu, tetapi anak – anak tidak menaati satndar – standar eksternal (orang lain) seperti orang tua atau aturan – aturan umum yang lain.

Tahap 3: norma – norma interpersonal. Pada tahap ini, seseorang menghargai kebenaran, keperdulian, dan kesetiaan orang lain sebagai landasan pertimbangan – pertimbangan moral. Anak – anak sering mengikuti standar – standar moral orang tuanya sambil mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai “anak perempuan yang baik” atau “anak laki- laki yang baik”.

Tahap 4 : moralitas sistem sosial. Pada tahap inipertimbangan – pertimbangan didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum – hukum, keaddilan dan kewajiban.

Tingkat tiga: Penalaran pasca konvensional. Tingkat tertinggi dalam perkembangan moral Kehlberg pada tingkat ini, moralitas benar – benar diinternalisasi dan tidak didasarkan pada standar – standar orang lain. Melaksanakan tindakan berdasarkan dorongan moral pribadi.

Tahap 5 : hak – hak masyarakat melawan hak – hak individual. Pada tahap ini, seseorang memahami bahwa nilai – nilai dan aturan – aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang keorang lain.

Tahap 6: Prinsip – rinsip etis universal. Pada tahap ini, sesorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak – hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.

Tidak ada komentar: